Catatan Kala, Cerita tentang Teman

Cerita tentang Kesayangan Kecil

Kesayangan kecil itu mengajari kami rasa ikhlas yang besar. Ketulusan yang tidak punya ujung.

Entah pada hari apa, makhluk kecil itu datang. Seperti seekor kucing oren pada umumnya, begitu nyentrik. Makhluk kecil itu mungkin baru berusia 7 atau 8 bulan ketika kali pertama datang. Ketika membiarkannya tinggal, justru itu kali pertama aku merasa diterima. Diperlihatkan kasih yang ketulusannya tak bisa diurai dengan kata apapun.

Kami menyayanginya, lalu kami memberinya nama Cio. Cio berarti rembulan, dan bersamanya memang begitu benderang. Menyenangkan sekali bisa merawat Cio dengan segala keterbatasan dan kesiapan yang belum cukup. Cio begitu sehat, lincah, manja dan selalu membuuat kami tertawa.

Hari berganti dan Cio semakin tumbuh. Kelucuan, kenakalan khasnya dan sikapnya yang begitu manja selalu menjadi obat dari lelah juga resah.

Sampai pada kala waktu tertentu, Cio menjauh. Cio hanya datang ketika dia lapar dan haus. Bersandar manja pada kami sebentar dan berlalu. Repetisi itu berlangsung beberapa waktu yang tidak juga kami sadari bahwa itu adalah pertanda. Sebab katanya kucing tahu kapan waktunya akan pergi; lalu dia menjauhkan diri dari kami.

Sore itu, akan menjadi ingatan yang kurang baik tetapi penuh dengan pelajaran berharga. Cio terkena racun yang entah di mana diletakkan oleh tangan siapa –tak ada satupun yang tahu. Cio lemas, tidak mau makan, minum, dan sayu. Kami bergegas mencari pertolongan.

Dehidrasi, adalah kata pertama yang dikeluarkan dokter tatkala memeriksa Cio. Suhu tubuh yang terus menurun. Tetes-tetes infus yang kami harap mampu membantu meredakan dehidrasinya tak juga memberikan efek. Kami sedikit lega ketika akhirnya antidotum itu disuntikkan kepda Cio dan membuatnya sedikit membaik. Kami harap Cio pulih.

Malam setelah segala tindakan dokter hari itu, Cio memang pulih. Dikemasnya segala rasa sakit itu. Ditinggalkannya segala kekhawatiran kami. Cio berlari kencang untuk tidak lagi merasa sakit. Untuk menemukan tempat terbaiknya di surga. suara mengeong paling merdu itu kami dengar sekali lagi; tanda bahwa tak lagi ada rasa sakit di tubuhnya.

Larilah yang kencang, kesayangan kecil.

Kesayangan kecil itu mengajari kami rasa ikhlas yang besar. Ketulusan yang tidak punya ujung. Dan kebahagiaan kecil yang setiap hari selalu terasa adanya berkat Cio. Dan ucapan selamat tinggal seperti apa yang sekiranya tak terdengar menyedihkan untuk diucap kala kami melepas Cio?

Leave a comment